Anakku, awalnya aku
meragukan keputusanmu. Kau mengutarakan maksudmu, untuk melanjutkan studi di
pesantren. Aku menganggap ini hanya semangat yang mampir sementara, setelah itu
akan hilang dengan sendirinya. Enam bulan telah berlalu, sejak kau kemukakan
keinginanmu. Kini kau ungkapkan lagi keinginanmu, setelah tamat dari sekolah
dasar ingin, melanjutkan ke pesantren di jawa. Dengan keraguan yang masih
menggantung, kukabulkan keinginanmu. Aku akan bersabar, jika nantinya kau tidak
kerasan dan ingin pulang.
Hari pertama
keberangkatan kita menuju pesantrenmu, aku masih saja tidak mempercayainya. Ku antarkan
kau bertemu teman sekamarmu, yang akan menjadi keluarga barumu nantinya. Saat
itu, kau begitu tampak gembira, bertemu dengan teman baru. Hingga waktu
kepulanganku tiba, aku masih tidak tega meninggalkanmu. Namun kau meyakinkanku,
bahwa kau akan baik-baik saja. Akhirnya kita berpisah, tak kutampakkan wajah
sedih di hadapanmu, karena kau tampak begitu gembira. Ya Allah, lindungilah
anak gadisku. Kuatkanlah dan permudahkanlah segala urusannya, Aamiin ya Rabb.
Tak terasa waktu
telah berlalu, empat tahun sudah kau jalani kehidupan di pesantren. Tak pernah
terbayangkan olehku, kau akan nyaman menjalaninya. Kau telah membuktikan
kepadaku, bahwa kau tidak akan mengecewakanku. Setiap waktu menelepon, kau
begitu riang menceritakan kegiatanmu di pesantren. Betapa asiknya tinggal di
pesantren. Banyak kegiatan yang kau jalani fieldtrip,
kemah dakwah, outbond, dan masih
banyak lagi kegiatan lainnya. Tak pernah kau mengeluhkan kegiatanmu yang begitu
padat, kurangnya waktu tidurmu, banyaknya target yang mungkin harus kau
selesaikan. Bahkan, aku mengenal teman-temanmu lewat ceritamu.
Alhamdulillah, anakku
insyaallah kau selalu diberi kesehatan, kesabaran dan kemudahan dalam menuntut
ilmu. Aku hanya mampu menyelipkan doa di setiap shalatku, untuk kebaikkanmu. Semoga
kau menjadi muslimah yang selalu dirindukan syurga, Aamiin Yaa Rabbal’alamiin.
Posting Komentar