Semburat
kuning mulai merangkak
Embun
enggan dipaksa beranjak
Pohon
masih dalam dekapan
Angin
masih nyenyak di peraduan
Langit
hitam berganti biru
Kabut
pergi menyisakan pilu
Kucoba
menggantung rindu
Pada
keadaan kita dulu
Semilir
angin memainkan poni
Kicauan
burung menyapa pagi
Biasanya
kau ada di sisi
Bersama
nikmati hangatnya kopi
Hangat
mentari menyalami kulit
Suara
kecapi terdengar menggigit
Menghalau
bayangmu semakin sulit
Terasa
dadaku makin terhimpit
Gemericik
air di parit sawah
Daun
padi tertunduk resah
Menemaniku
yang makin gelisah
Ku
hempas gemuruh hingga rebah
Kucumbui
rasa lewat senyuman
Harap
cemas dalam penantian
Kemanakah
kuantarkan rintihan
Disaat
sukma rindu pelukan
Dalam
terpejam kukirimkan hasrat
Dari
hati yang tinggal sekarat
Wahai
relung asa peraduan
Tinggalkan
aku dalam kesunyian
Apa
yang masih dicari
Apa
lagi yang masih dapat dicuri
Semua
keinginan yang semu
Akan
berakhir jadi debu
Secepat
itu kau menjauh
Tinggalkan
aku yang ringkuh
Berjibaku
dalam lamunanku
Coba
pahami sepiku
Rapuh
kulalui hari berjalan
Ketiadaanmu
dalam ratapan
Diamku
menunggu tetesan
Harap
mesra yang menyejukkan
Posting Komentar